Merasa sempurna dalam segala hal itulah salah satu sifat kita sebagai manusia, seolah dengan keadaan yang lebih baik dan terbaik dalam ketaatan sehingga masalah yang biasa kadang dihubungkan dengan agama yang begini dan begitu. Degan ego yang tinggi juga kadang seseorang merasa dirinya sudah sempurna sepenuhnya dalam ketaatannya kepada Allah daripada orang lain. Padahal tiada lain Allah lah yang tau siapa hambanya yang lebih sempurna itu. Allah juga telah berfirman :
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.” (QS. An najm:32)
Perlu mengoreksi diri sendiri dan perlu menyadari kelemahan diri inilah sepatutnya kita lakukan daripada mencari kesalahan orang lain dalam beribadah. Kita kita tidak begitu mengetahui keadaan diri kita yang penuh kelemahan dan kehinaan dihadapan Allah menjadikan diri kita lebih senang mencari kekurangan orang lain dari pada kekurangan diri sendiri. Sebenarnya dalam hal ini adalah bertumpu pada hakikat akhlak kita masing-masing. Dengan akhlak seseorang ini akan merasa dirinya tiidak terlalu sempurna daripada orang lain. Hal inilah yang dinamakan jiwa seorang hamba Allah.
Terlalu banyak yang kita tidak ketahui dari keseluruhan nya ini yang membuat kita lemah dan tidak ada apa-apanya darripada orang lain. Maka, kita juga harus menyadari bahwa ketidak sempurnaan itulah hakikat dari diri kita. Dan kita juga dituntut untuk selalu mengoreksi diri sendiri dan selalu memperbaiki segala sikap kita. Sesungguhnya hakekat kita itu sangat lah lemah yang selalu terbawa dari sifat nafsu yang menyesatkan kita. Hal inilah sebenarnya ego yang memuncak diatas fikiran dan akal manusia.
Begitu juga kita dalam menghitung diri sendiri sebenarnya juga dituntut untuk membuat kebaikan dan introspeksi diri. Dan dibalik semua itu juga kkita diharuskan mengekalkan kewajiban kehambaan kita sebagai manusia kepada Allah yaitu berbuat kebaikan dalam bersikap positif. Banyaknya perbedaan diantara hamba-hamba Allah membuata diri kita harus memiliki sifat rendah diri.
Hakikat hati kita kepada keadaan orang lain seharusnya dalam hal demikian :
( dipesankan oleh ulama besar, Syeikh Abdul Kadir Al-Jailani )
( dipesankan oleh ulama besar, Syeikh Abdul Kadir Al-Jailani )
“ Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinlah bahwa dia lebih baik daripada mu. Ucapkanlah dalam hatimu,”mungkin kedudukannya disisi Allah jauh lebih baik dan mulia.”
“ Jika engkau bertemu dengan anak kecil, maka ucapkanlah dalam hatimu,” Anak ini belum bermaksiat kepada Allah sedangkan diriku telah banyak melakukan maksiat kepada Allah. Tentu anak ini lebih baik daripada aku.”
“ Jika engkau bertemu dengan orang tua, maka ucapkanlah dalam hatimu,” Dia telah beribadah kepada Allah jauh lebih lama diripada aku. Tentu dia lebih baik daripada aku.”
“ Jika bertemu dengan orang yang berilmu, maka ucapkanlah dalam hatimu,” Orang ini telah mendapatkan karunia yang tidak bisa aku dapatkan, mengetahui apa yang tidak aku ketahui dan dia mengamalkan ilmunya. Tentu dia lebih baik daripada aku.”
“ Jika engkau bertemu dengan orang yang jahil, maka ucapkanlah dalam hatimu,”Orang ini bermaksiat kepada Allah karena dia jahil ( tidak mengetahui ) sedangkan aku bermaksiat kepada Allah yang padahal aku mengetahui akibatnya. Aku tidak tau bagaimana akhir dari umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik daripada aku.”
“ Jika engkau bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah dalam hatimu,”Aku tidak tau keadaanya kelak, mungkin pada akhir usia dia, akan memeluk islam dan beramal sholeh, dan mungkin bisa jadi pada akhir usiaku akan kufur dan buruk.”
No comments:
Post a Comment